Hybrid merupakan model bisnis open source yang banyak diterapkan
banyak perusahaan raksasa. Terhitung MySQL, Adobe dan perusahaan
lainnya telah mengaplikasikan model bisnis hybrid. Kesuksesan tentu yang
didapatkan dari model bisnis ini. Salah satu ciri khas dari model
hybrid adalah satu produk dengan "dua aturan" dalam penggunaannya.
Namun. banyak kalangan yang meragukan model bisnis seperti ini. Adanya
kekhawatiran karena adanya "dua aturan" membuat kinerja menjadi tidak
fokus. Lalu apa model bisnis hybrid itu sebenarnya?
"Hybrid business models" menjadi kata yang populer namun banyak juga
yang tidak tahu apa itu sebenarnya. Model bisnis hybrid lebih
menitikberatkan pada lisensi. Sementara ini terdapat 3 jenis lisensi
yaitu open source, bukan open source dan proprietary. Open source
memiliki lisensi bebas untuk dimiliki dan source code-nya dapat
diketahui oleh publik. Bukan open source yang dimaksudkan adalah model
bisnis yang menjual produk dengan harga yang sangat rendah dengan tujuan
market share semakin besar. Lisensi yang digunakan berbayar namun bisa
jadi source code diberikan kepada publik. Proprietary memiliki lisensi
yang ketat dimana source code tidak diketahui oleh publik.
Model Hybrid berada ditengah-tengah bentuk lisensi open source dan
bukan open source. Ada 3 hal yang menjadi fokus pada model bisnis hybrid
yaitu merubah lisensi source code, merubah layanan terhadap user yang
berbeda dan merubah layanan pada tipe user yang berbeda. Contohnya,
terdapat perusahaan yang menggunakan 2 lisensi yaitu lisensi tradisional
dan lisensi open source pada produk yang sama. Penggunaan dua lisensi
tergantung pada :
1. Perbedaan user semisal organisasi for-profit dan non-for-profit.
2. Perbedaan tipe user seperti penggunaan intranet atau extranet, penggunaan satu platform atau lebih.
3. Perbedaan permintaan user terhadap source code / produk.
Model bisnis hybrid tidak selalu mendapatkan tanggapan yang positif. Pada Konferensi SIIA On-Demand di Amsterdam dibahas tentang model bisnis hybrid.
Pembicara Dave Mitchell (IBM), Erik Troan (rPath) dan Phil Wainwright
(Procullux Ventures) mengatakan model bisnis menjadi favorit bagi banyak
perusahaan saat ini. Namun, ini akan menjadi masalah ketika satu
perusahaan menjalankan dua jalur bisnis yang berbeda secara bersamaan.
Kecuali bila dua jalur bisnis ini adalah dua perusahaan yang berbeda
tentu tidak ada masalah. Dengan dua jalur yang berbeda maka membuat
perusahaan mengatur dua tim yang berbeda pula. Ini tentu akan sangat
membingungkan dan membutuhkan biaya lebih dibandingkan menjalankan satu
jalur bisnis. Walaupun model bisnis ini dipandang tidak optimal namun
hybrid akan berjalan dalam waktu yang lama.
Saat ini, The Open Group dan Troll tech telah sukses mengaplikasikan model bisnis ini. Salah satu kesuksesan trolltech dengan ditunjukkan dalam artikel Trolltech Wins “Open Source Company with Most Potential” Award. Adobe
ternyata juga tertarik dengan model bisnis hybrid. Ini ditunjukkan
dengan keluarnya produk baru adobe yaitu Adobe Media Player (AMP). Yang
menarik dari produk ini adalah kebebasan penggunaan AMP dalam berbagai
platform, melindungi content video ( seperti iTunes ) dan menjual DRM.
Penjelasan Laurel Reitman (Adobe) tentang produk ini dapat dilihat di beet.tv's.
Model bisnis hybrid memang terkesan masih belum "matang" namun banyak
perusahaan sudah menjalankan model bisnis ini. Ada hal yang menarik
disini, Microsoft juga memberikan perhatian pada model bisnis ini di acara open Source Conference 2008..
SUMBER:
http://yodi.web.id/content/mengenali_salah_satu_bentuk_model_bisnis_open_source_hybrid
No comments:
Post a Comment